HIKMAH NUZULUL QUR'AN

HIKMAH NUZULUL QUR’AN
Hadi Prayitno

Dalil Q.S. Al Alaq: 1-5

                        
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

Dalil Q.S. Al Qodr: 1-5
                   •               
1. Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1593].
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

[1593] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, Karena pada malam itu permulaan Turunnya Al Quran.

Tujuan diturunkannya Al Qur’an
Di dalam Al-Qur’an itu terdapat petunjuk, bukti dan penjelasan atas petunjuk itu serta pemisahan antara kebenaran dan kebatilan…(Al-Baqoroh:185)
       ••      
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).


PERBEDAAN PENDAPAT NUZULUL QUR’AN
Pertama: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur’an itu ada pada bulan Rabiul Awwal, awal Rabiul Awwal, ada yang mengatakan tanggal 8 Rabiul Awwal dan ada pula yang mengatakan tanggal 18 Rabiul Awwal (yang terakhir ini diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallaahu anhu).
Kedua: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur’an itu pada bulan Rajab, Ada yang mengatakan tanggal 17 dan ada yang mengatakan tanggal 27 Rajab (hal ini diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.).
Ketiga: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur’an itu pada bulan Ramadhan. ada yang mengatakan tanggal 7 (hari Senin), ada yang mengatakan tanggal 14 (hari Senin), ada yang mengatakan tanggal 17 (hari Kamis), ada yang mengatakan tanggal 21 (hari Senin) dan ada yang mengatakan tanggal 24 (hari Kamis).
Sehingga semua perkataan dan pendapat yang sempat ditulis oleh ulama adalah murni hasil ijtihad dan pendapat para sahabat belaka. Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari menuliskan, bahwa terdapat kurang lebih 40 pendapat ulama seputar kapan Nuzulul Qur’an tersebut.

Dalam sebuah riwayat, pernah dinyatakan bahwa baginda ralulallah saw
hendak menyampaikan berita gembira tentang kapan kah tepatnya malam
Nuzulul Qur’an atau Lailatul Qadr tersebut. Namun ketika beliau hendak
menyampaikan berita tadi, tiba-tiba terdapat dua orang sahabat yang tengah
bertengkar sengit di dalam masjid Nabi, maka melihat kejadian tersebut
maka rasulullah enggan menyampaikan kabar berita tersebut, atau tepatnya
keinginan untuk menyampaikan itu tiba-tiba sirna ketika melihat kejadian
tersebut.

Namun demikian, sesungguhnya dengan tidak jadinya rasulullah mengabarkan
berita di atas, terdapat hikmah yang laur biasa bagi ummat seluruhnya;
yaitu, agar kita senantiasa bersungguh-sungguh mencari kapan tepatnya
malam tersebut tiba. Dengan tidak adanya kabar yang pasti tentang malam
Nuzulul Qur’an ini, seharusnya membuat kita tidak bermalas-malas dalam
mencari anugerah malam tersebut. Justru dikhawatirkan jika kita telah
mengetahui pasti waktu malam Nuzulul Qur’an tersebut, malah kita hanya
mengandalkan hari itu untuk beribadah kepada Allah, sementara pada
waktu-waktu lainnya kita tinggalkan tanpa nilai ibadah sedikitpun.
Lalu bagaimana sejarahnya, kenapa kita dan khususnya masyarakat muslim
Indonesia memperingati Nuzulul Qur’an ini pada tanggal 17 ramadhan seperti
saat sekarang.? Ternyata jika kita membaca sejarah bangsa kita, peringatan
Nuzulul Qur’an yang jatuh pada tanggal 17 ramadhan ini tidak lepas dari
gagasan H. Agus Salim dan persetujuan Bung Karno (Presiden RI pertama).
Seperti yang kita maklum bahwa bangsa kita mendeklarasikan kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1945, Maka sebagai rasa syukur yang tiada
terhingga atas nikmat kemerdekaan ini pula, maka perayaan Nuzulul Qur’an
disamakan tanggalnya yaitu sama-sama mengambil angka 17 bulan ramadhan.
Seakan-akan para fouding fathers kita hendak mengatakan bahwa, mensyukuri
nikmat kemerdekaan, tidak kalah dengan mensyukuri nikmat turunnya
al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman ummat Islam. Maka mulai saat itu
-di zaman Bung Karno- sampai sekarang peringatan nuzulul Qur’an senantiasa
diperingati di Istana Negara pada tanggal 17 ramadhan dan kerap diikuti
oleh sebagian besar ummat muslim di Indonesia. Untuk lebih detailnya
silakan dilihat sebuah buku “Bung Karno dan Wacana Islam” (Kenangan 100
Tahun Bung Karno)
Sesuai dengan tuntunan para sahabat memperingati peristiwa turunnya Al-Qur’an pertama kali tidaklah penting, sebab di samping hal itu tidak dicontohkan oleh Rasulullah, para sahabatnya dan para tabi’in, Al-Qur’an diturunkan tidaklah untuk diperingati tetapi untuk memperingatkan kita. (Q.S. Al A’raf: 1-2)

Q.S. Al A’raf: 1-2
               
1. Alif laam mim shaad[527].
2. Ini adalah sebuah Kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan Kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
Saudara-saudara sekalian yang dimuliakan oleh Allah swt.

Sebetulnya jika kita telusuri keterangan yang berasal dari Hadits nabi Muhammad, bulan suci ramadhan ini tidak hanya dikhususkan bagi turunnya al-Qur’an saja. Namun juga bagi kitab-kitab ummat yang terdahulu, seperti, Injil, Taurat, Zabur dan Shuhuf Ibrahim, seluruhnya Allah turunkan di bulan suci ramadlan ini. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad RA:

“ Shuhuf Ibrahim diturunkan pada awal bulan ramadhan, kemudian Taurat pada tujuh bulan ramadlan, lalu Injil pada 13 ramadlan, sedangkan al-Qur’an pada 25 ramadlan.”

Sekalipun seluruh kitab-kita samawi itu sama-sama diturunkan pada bulan suci ramadhan, namun terdapat beberapa kelebihan al-Qur’an di banding kitab-kitab yang lainnya. Paling tidak kelebihan tersebut dapat dilihat dalam beberapa hal:

1. Bahwa seluruh kitab-kitab samawi Allah turunkan secara sekaligus, sedangkan al-Qur’an Allah turunkan secara berangsur-angsur.
2. Seruan atau petunjuk yang terdapat dalam kitab-kitab samawi terbatas pada ummat saat kitab tersebut diturunkan, sedangkan al-Qur’an petunjuk dan seruannya tidak terbatas pada saat al-Qur’an itu diturunkan, namun mencakup seluruh manusia sampai dengan hari kiamat, bahkan termasuk juga bangsa Jin.
3. Seluruh kitab-kitab samawi tersebut mengalami pemalsuan, distorsi, bahkan hilang sama sekali dari muka dunia, sampai-sampai sekarang kitatidak dapat melihat wujud aslinya, sedangkan al-Qur’an terjaga dari segala bentuk pemalsuan dan penyelewengan seperti di atas.  Q.S. Al Hijr: 9
  •     
9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya[793].
4. Kelebihan “surat” al-Quran atas “surat-surat” kitab terdahulu. Para ulama tafsir berkata: "Al Quran lebih unggul dari kitab-kitab samawi lainnya sekalipun semuanya turun dari Allah, dengan beberapa hal, diantaranya: jumlah suratnya lebih banyak dari yang ada pada semua kitab-kitab yang lain.


MEMAKNAI NUZULUL QUR’AN
Maka dari itu, terdapat beberapa syarat agar kita dapat menemukan hidayah yang dimaksud oleh Allah swt dalam kandungan yang terdapat dalam al-Qur’an.

Yang pertama: Kita harus terlebih dahulu membaca al-Quran tersebut secara seksama, hal ini sebagaimana pesan wahyu pertama dalam surat al-Alaq, yang berbunyi (Iqra’) atau bacalah.!

Yang kedua: Kita harus memahami isi dan kandungan yang terdapat dalam surat dan ayat yang kita baca tadi. Hal ini disebabkan membaca saja tidak cukup untuk mengetahui rahasia kandungan dan maksud yang Allah maksud dalam al-Qur’an tersebut.

Yang ketiga: Setelah kita memahami isi dan kandungan al-Qur’an barulah kita mengajarkan kepada orang lain, agar orang lain pun dapat membaca dan memahami al-Quran secara baik. Sebagaimana hadits nabi yang diriwatkan oleh Usman bin Affan ra. dari Nabi saw. ia bersabda; "Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain".(Bukhari).

Yang keempat: Mengamalkan ajaran dan kandungan yang terdapat dalam al-Qur’an. Pada tahap pengamalan inilah yang sangat berat, sebab pengetahuan yang didapat akan tidak berguna jika tidak dibarengi dengan pengamalan dalam prilaku dan perangai kita setiap harinya.

Semoga dengan momentum Nuzulul Qur’an ini, kita dapat tergugah untuk meningkatkan kadar membaca kita, tentunya bacaan yang tidak melupakan aspek spiritualitas yang terkandaung dalam kalamt “bismirabbika” tadi. Dengannya kita dapat lebih mendekatkan diri kepada hidayah Allah swt. Sebab apa gunanya ilmu pengetahuan yang kita miliki, jika ia hanya akan menjauhkan diri kita dari keridlaan Allah swt. Wallahu’alam.

Dari segi lain, penurunan Al-Qur’an di bulan Ramadlan mengandung arti bahwa bulan ini adalah Bulan Nubuwah dan Risalah. Sebab Nuzulul Qur’anlah yang menjadi pertanda dimulainya misi kenabian dan kerasulan Muhamad saw. Selayaknya dalam Nubuwah ini kita mengevaluasi ulang komitmen keumatan kita dan andil kita dalam melanjutkan misi-misi kenabian Muhamad saw. Sementara makna Lailatul Qodar dalam konteks ini tidak sekedar malam penurunan Al-Qur’an, tetapi juga malam ‘pelantikan’ Muhamad saw sebagai Nabi dan Rasul. Pada malam inilah kita menghabiskan waktu di mesjid dengan I’tikaf untuk mengevaluasi diri dan memperbaharui komitmen terhadap Al-Qur’an dan komitmen keumatan itu.
Maka tidak ada pilihan bagi kecuali membaca, mengkaji dan menerapkan Al-Qur’an di bulan Ramadlan ini sebagai dzikir terbaik untuk meraih kedekatan dengan Allah dan kembali kepada fitrah.

Category:

0 komentar: